Satelit itu, yang dijuluki "Generalissimo Francisco de Miranda" berdasarkan nama tokoh utama kemerdekaan Venezuela, diluncurkan dari barat laut markas Jiuquan di gurun Gobi menggunakan sebuah roket kelas 'Long March', ujar Xinhua.
Peluncuran tersebut merupakan yang pertama dilakukan selama empat tahun setelah satelit Venezuela, yang dinamai "Simon Bolivar" dan dibuat dengan bantuan China, juga diletakkan di orbit menggunakan sebuah roket milik China.
Pada tahun lalu, Venezuela mengumumkan satelit baru senilai 140 juta dolar Amerika (sekitar Rp1,33 triliun) akan digunakan untuk mengawasi gerakan tentara di perbatasan negara dan pertambangan ilegal, serta mempelajari perubahan iklim dan lingkungan.
Dua negara tersebut memiliki hubungan perekonomian yang dekat dalam beberapa tahun terakhir ini saat Presiden Venezuela dari sayap kiri, Hugo Chavez, berupaya untuk mengurangi ketergantungannya terhadap Washington, dengan para pejabat tinggi mengawasi perjanjian bernilai miliaran dolar dalam sektor minyak, energi, konstruksi, dan teknologi.
Mereka menandatangani sebuah perjanjian pada pekan lalu untuk mengembangkan Las Cristinas bersama di selatan Venezuela, salah satu pertambangan emas terbesar di dunia, dengan berbagai rencana untuk mengeksploitasi logam dan tembaga di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar